credit : tumblr
paradigm
Pronunciation: /ˈparədʌɪm/
noun
typical example or pattern of something; a pattern or model: society’s paradigm of the ‘ideal woman’
Saya selalu menyukai sesi training yang didapat di perusahaan tempat saya bekerja. Mari kita kesampingkan dulu target mereka dalam pemberian lokakarya tersebut. Perusahaan, tentunya menyiapkan anggaran mereka—termasuk untuk melakukan lokakarya—untuk para karyawannya dengan tujuan membuat karyawannya bekerja lebih efektif. Mereka tentunya menginginkan kinerja yang menanjak dengan biaya yang sama, atau minimal, dengan kenaikan biaya yang tidak begitu signifikan, kinerja karyawan mereka bisa bertambah secara drastis.
Hari ini, kami membahas tentang paradigma. Yang mengganjal dari paradigma itu sendiri bukan karena mereka dipengaruhi pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, didikan keluarga, pendidikan, dan hal lainnya yang lebih kurang berpengaruh pada hal tersebut. Yang membuat saya bertanya-tanya adalah bagaimana kita dapat mengubah paradigma itu sendiri?
Paradigma, cara pandang kita terhadap sesuatu. Tidak ada yang pernah salah terhadap cara pandang orang dalam memandang sesuatu, meskipun banyaknya, orang-orang lain yang hanya memandang dari kacamatanya—termasuk saya—kadang hanya bisa menghakimi, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi jika paradigma yang tidak ada yang benar dan salah, kita kategorikan ke mana orang-orang yang memandang kemiskinan sebagai momok kesialan dan mengubah sikap mereka menjadi sesuatu yang sangat negatif seperti misalnya merampok kemudian membunuh korban rampoknya. Sepertinya saya mulai melantur.
Fasilitator saya hari ini mengatakan bahwa ada kalanya kita mengalami pergeseran paradigma. Tetapi apakah kita bisa mengubah paradigma besar kita dalam hidup? Bagaimana dengan pikiran orang yang selalu negatif? Apakah memandang negatif segala sesuatu termasuk ke dalam kesalahan cara pikir? Lalu bagaimana mengubahnya? Bagaimana seseorang bisa memilah kapan dia harus memandang sesuatu dengan positif atau negatif?
Leave a Reply