Setelah sekian lama membuat rubrik Out of Office ini, akhirnya rubrik ini terisi! Saya sudah melewatkan perjalanan ke Padang yang dulu rencananya mau ditulis. Ketidakkonsistenan saya sangat konsisten. Ckck. Dan sekarang, akhirnya ada kesempatan menulis rubrik ini! Yuk kita simak!
*
Masih ingat pelajaran geografi waktu SMA dulu? Meskipun kamu nggak ingat, tapi tetap tahu dong kalau Indonesia punya wilayah perairan yang lebih luas dari wilayah daratannya. Menurut Wikipedia, luas perairan Indonesia mencapai 3.257.483 km2 lho! Karena itulah Indonesia menyimpan banyak banget surga yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Salah satu surganya Indonesia bisa kita temui di bagian Timur Kalimantan.
Yap! Sebut saja Kepulauan Derawan! Kepulauan Derawan sendiri terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Beberapa pulau yang terkenal di kepulauan tersebut antara lain Pulau Derawan, Pulau Maratua, Pulau Sangalaki, dan Pulau Kakaban.
Tujuan pertama saya adalah Pulau Derawan. Untuk mencapai pulau tersebut, saya dan teman-teman menempuh perjalanan udara dari Jakarta menuju Bandara Juwata di Tarakan. Setelahnya, selama kurang lebih 3 jam, kami melakukan perjalanan dengan speedboat dari Tarakan ke Pulau Derawan. Dari kejauhan, penginapan-penginapan yang dibangun menjorok ke laut terlihat berjajar. Menurut hasil blogwalking sebelum berkunjung ke Pulau Derawan, beberapa tahun silam, penginapan di Pulau Derawan belum sebanyak sekarang. Karena semakin terkenalnya Pulau Derawan dan wisata lautnya yang keren itu, kebutuhan akan penginapan meningkat dan pembangunan penginapan pun meningkat. Banyak sekali penginapan di Pulau Derawan. Sebutlah salah satu yang paling terkenal adalah Derawan Dive Resort.
Saya dan teman-teman sendiri menginap di Penginapan 88 yang dindingnya bercat pink terang. Sayangnya, penginapan-penginapan tersebut masih memiliki saluran air buangan yang langsung menuju laut. Terpikir dong, bagaimana kalau sisa sampo dan sabun kita langsung turun ke laut? Selain itu, banyaknya penginapan di dekat laut sebenarnya perlu menjadi konsentrasi untuk pengelola pulau, penduduk dan pengunjung, terutama dalam pembuangan sampah. Sayang sekali beberapa kali ditemukan sampah yang mengapung di laut. Jadi, buat kamu yang mau berkunjung, jangan pernah buang sampahmu langsung ke laut mentang-mentang penginapanmu berada di atas laut. Simpan dan cari tong sampah untuk membuangnya.

Beberapa resort di Pulau Derawan
Hari pertama kedatangan kami di Pulau Derawan, hujan rintik-rintik menyambut kami dengan sangat hangat. It didn’t feel like summer anymore. Yang kebayang malah beach visit di musim dingin kayak di drama Korea. Angin lautnya jadi dingin, mau mandi juga dingin. No sunshine, no sunset. Sayang sekali. Tapi bersantai di pinggir resort benar-benar bikin saya takjub melihat laut di sana. It looks like an infinity pool.

View dari teras penginapan terluar
Setelah kami meletakkan barang-barang di kamar masing-masing. Tiba waktunya untuk makan siang dan berjalan-jalan di sekitar pulau. Pulau Derawan didominasi dengan pantai berpasir putih. Meskipun gerimis, kami tetap memutuskan untuk berjalan mengelilingi pulau karena hari itu memang belum ada jadwal wisata ke mana pun. Iya, sejak tiba di siang hari, kami berkeliling. Beberapa rombongan di pulau itu menikmati permainan banana boat atau snorkeling. Sementara kami masih pemanasan dengan keliling pulau, menyusuri pantai sambil foto-foto.
Sore harinya, karena nggak ada sunset juga, kami cukup duduk-duduk di jembatan dan beruntungnya, ada beberapa penyu laut yang singgah ke dekat penginapan. Ya, sore kami dihabiskan dengan mengamati penyu dan bersantai di tepi jembatan sembari foto-foto (lagi).

Penyu di dekat penginapan
Malamnya, kami dibawa oleh Pak Kaidir ke pantai, kalau beruntung, kami bisa menyaksikan penyu bertelur. Dan setelah berjalan ke pantai, katanya nggak ada penyu yang bertelur malam itu. Setelah menunggu agak lama, akhirnya ada satu penyu yang sedang menggali pasir untuk menyembunyikan telurnya. Rencana lain malam itu adalah melepas anak penyu ke laut, tapi nggak jadi dan kami malah menemukan anak penyu di tepi pantai (mungkin nyasar) dan akhirnya mengembalikan anak penyu itu ke laut. Yippie!
Pulau Derawan banyak dikunjungi rombongan-rombongan wisatawan ketika long weekend seperti itu. Nggak cuma dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri, seperti Malaysia. Ini cukup membuktikan kalau pariwisata Indonesia nggak cuma terkenal di dalam negeri tapi juga memiliki citra baik di mata turis mancanegara.
Day 2! Kalau kamu membayangkan dengan datang ke Pulau Derawan maka kamu bisa menikmati semua pesona di kepulauan tersebut, kamu salah besar! Hari kedua, kami disambut dengan hujan deras dari subuh yang membuat perjalanan kami ketika matahari belum terbit itu menjadi luar biasa. Hujan deras dan kami tetap harus pergi dari Pulau Derawan pukul 05:00 WITA. Mau ngapain sih keluar pagi-pagi? Berburu whaleshark!
Whale shark atau hiu paus adalah keluarga hiu yang diketahui makan dengan cara menyaring air laut. Mereka biasa memakan ikan kecil, plankton, makro alga, dan lain-lain. Panjang hiu paus dewasa bisa mencapai 97 meter dengan berat 9 ton (Wikipedia). Whale shark termasuk jinak kabarnya, tapi ya siapa yang nggak takut melihat hewan sebesar itu?
Saya dan kawan-kawan berputar-putar di laut entah berapa jauh untuk menemukan giant creature ini. Saya ingat bahwa abang pembawa boat-nya hampir menyerah dan menyarankan kami langsung ke spot wisata selanjutnya. But one of us resisted to stay and voila! We met it! Cuma ada satu sih, tapi lumayan, daripada nggak bisa lihat sama sekali. Melihat whale shark adalah pengalaman snorkeling pertama saya dan itu langsung di tengah lautan. Jadi habis melihat sebentar, saya cepat-cepat minta dibantu balik ke boat, tentunya setelah tersedak air laut. But it was amazing!

Whale Shark (credit: Henry Sanaga)
Next setelah puas melihat whale shark, kami pergi ke Kecamatan Biduk-biduk untuk mengunjungi danau dua rasa yang airnya jernih banget, namanya Labuan Cermin. Sebelum ke sana, kami mampir dulu di Pulau Spongebob. Pulau Spongebob punya nama asli Pulau Manimbora. Pulau tersebut tidak berpenghuni dan kamu bisa mengelilingi pulau itu dengan berjalan kaki nggak sampai setengah jam. Pasirnya putih, airnya jernih dan ada pohon-pohon kelapa dan semak-semak di pulau itu. Pas boat menepi di sana, saya memang langsung kepikiran Spongebob dan pulau di kartun itu. Kami singgah sebentar untuk foto-foto sebelum melaju lagi ke Labuan Cermin.
Pulau Manimbora
Dari tempat speedboat parkir, saya dan teman-teman berjalan di atas jembatan hingga menuju ke tempat menaiki kapal menuju Danau Labuan Cermin. Untuk memasuki danau tersebut, kita harus menaiki perahu kecil. Perjalannya sekitar 10-15 menit dan satu perahu hanya bisa memuat 5-8 orang. Lagi-lagi, perjalanan kami disambut hujan yang cukup deras. Yang perlu kamu bawa ke danau Labuan Cermin adalah life vest buat kamu yang nggak bisa berenang dan peralatan snorkeling. Nggak begitu banyak ikan di danau itu sebenarnya, tapi kalau kamu tetap penasaran, nggak dilarang buat snorkeling kok. Sayangnya, karena di sini saya sibuk menceburkan diri dan kedinginan, nggak ada foto view yang sempat terambil. Oh iya, faktor ramainya pengunjung juga membuat foto view kurang bagus untuk diambil. Huhu.
Perjalanan menuju Danau Labuan Cermin diwarnai dengan air yang secara keseluruhan berwarna tosca. Airnya begitu jernih dan segar. Setelah perjalanan sekitar 15 menit, kami tiba di Danau Labuan Cermin. Besar danau itu mungkin nyaris seperti lapangan sepak bola. Airnya biru bersih. Danau tersebut disebut danau dua rasa karena air tawar dan air laut berada di danau tersebut dan terpisah namun saling bersinergi. Sayangnya, hari hujan ketika kami ke sana, jadi sinar matahari nggak ada dan kebeningan danau yang seperti kaca itu nggak begitu terlihat. Ditambah, karena peak season, banyak pengunjung juga di danau jadi terlihat sedikit penuh dan ramai.
Setelah dari Labuan Cermin, kami pun memutuskan untuk pulang ke Pulau Derawan. Karena terlanjur basah dan merasa belum puas main air (meskipun hari itu sedang dingin-dinginnya), saya dan teman-teman mencoba banana boat. Untuk menyewa banana boat di Pulau Derawan, harga yang dipatok adalah Rp150000,- untuk satu banana boat yang isinya maksimal 6 orang. Banana boat di Pulau Derawan treknya adalah memutari pulau dan kalian akan dijatuhkan sebanyak dua kali. Sebenarnya ada yang satu kali juga seperti kami. Kalian bisa request yang mana yang kalian mau, deh.
Setelah makan malam, kami memutuskan untuk keliling desa lagi dan membeli jajanan lokal yang sebenarnya nggak begitu beda jauh sama jajanan di Tangerang atau di Kerinci. Oke, hari kedua kami selesai sampai di situ! Nantikan cerita saya dan ubur-ubur tidak menyengat di postingan selanjutnya ya!
fivit
Duh udh 11 tahun di Riau aku belum pernah kesini ♀️