They said, it’s better to be in love than to fall in love.
∞
Selamat pagi, Kamu, yang katanya sedang sibuk jatuh cinta. Jangan jatuh, bukankah jatuh itu sakit rasanya? They said, it’s better to be in love than to fall in love. Tapi bukankah jatuh cinta dan mencintai sama rumitnya? Menurutku begitu.
Aku pernah bertanya mengapa jatuh cinta tidak bisa menjadi perkara sederhana saja? Kemudian kamu bilang, bisa, hanya kemudian bersiaplah dengan rasa setelah itu. Rasa ingin memiliki. Bukan salah rasa, atau salah cinta jika kamu tanya padaku. Jika kita bicara tentang masa depan, kamu tidak akan tahu. Mungkin detik setelah aku menulis ini, aku akan mati. Lalu jika aku memilih berhenti mencintai hanya karena komitmen di jalan menuju masa depan, maka detik di mana aku mati, aku merasa seperti mati sia-sia. Karena aku gagal mencintai hanya karena kekhawatiran akan masa depan.
Aku pernah mencintai, kemudian buta akan logika. Hati berperan lebih banyak, bertengkar dengan logika, berperang dengan banyak orang, kemudian berakhir dengan penyesalan. Ah, pahit memang, tetapi bukankah selalu ada cerita di balik itu semua. Biarkan jalan itu membawa hingga ke ujungnya. Bukan, bukan memaksakan kehendak hati.
Aku lebih senang membicarakan masa kini—sekarang—yang lebih pasti ketimbang masa depan yang menurutku tidak jelas. Jangankan perihal cinta, untuk perihal sederhana lainnya saja banyak ketidakjelasan dalam masa depan. Apalagi masa lalu, yang satu itu patut ditinggalkan saja, ditengok sesekali untuk introspeksi.
Tapi tunggu dulu, Kawan, aku tidak sedang mengajarimu untuk gegabah. Cinta bukan sesuatu yang membuatmu menjadi seseorang yang gegabah. Tapi jika kamu tanya bagaimana, aku akan memilih untuk tetap jatuh cinta. Memang sulit, tetapi mungkin saja begitu lebih sederhana.
Jadi, kamu pilih jalan yang mana? Berhenti atau tetap jatuh cinta? Hanya kamu yang bisa memilih.
Dari,
Aku
pic credit : favim
Leave a Reply