Jatuh Cinta Saja
a flashfiction by dhamalashobita
*
“Kau tahu, dunia ini akan berakhir. Dan ketika itu terjadi, aku hanya tidak ingin sendiri.”
Dalam genggamannya, Jill hanya punya sekaleng bir murah, yang dibelinya di minimarket di persimpangan jalan. Bukan vodka mahal, apalagi wine. Setelah menenggak bir di tangannya kemudian meletakkan kaleng bir tersebut di samping tubuhnya, Jill menyisir rambutnya dengan jari. Rambut-rambutnya yang berwarna cokelat dengan ombre hijau biru kini berganti merah jambu. Warna jatuh cinta, katanya.
“Kau tidak sedang jatuh cinta, ‘kan?” Laki-laki di samping Jill dengan tato yin yang di lengan atasnya melempar pandang ke arah Jill. Namanya Louis.
“Bukankah kau yang meminta hubungan sejenis ini?”
Jill memiringkan kepalanya. Jill hanya tengah berpura-pura jatuh cinta. Atau mungkin Jill rindu pada cinta. Bukan, bukan jenis cinta yang selalu dibuat rumit oleh manusia-manusia yang selalu bermain dengan senjata ego mereka. Pikir Jill, harusnya cinta lebih sederhana dari itu. Dua orang, bersama, rasa nyaman, bahagia. Selesai. Dan bagi Jill, itu cukup untuk menyambut akhir dunia seperti yang selalu dielu-elukan orang di luar sana.
“Kita bisa lari, ke mana pun kau mau. Amsterdam, Koln, Andalusia, bahkan ke Atlantis sekali pun, aku bisa menemani. Tapi ingat, jangan pernah terikat,” tawar Louis.
“Memang kau pikir, aku suka terikat? Mengapa tidak jatuh cinta saja? Saling nyaman, kau bisa menceritakan masalahmu padaku. Kita bisa menjelajah ke tempat-tempat baru, kemudian jatuh cinta bersama. Kemudian berbagi genggaman tangan, pelukan hangat, kemudian tenggelam dalam sorot mata satu sama lain. Sederhana, bukan?”
“Tidak ada rumah dengan bunga-bunga di kebun, Jill?”
“Nope, Lou.”
“Tidak ada impian tentang anak-anak kecil?”
“Ugh, apa aku lupa mengatakannya padamu? Aku benci anak kecil.”
“Lalu bolehkah aku jatuh cinta padamu, Jill?”
“Dengan senang hati, Louis.”
Louis mendekatkan wajahnya ke arah wajah Jill kemudian tersenyum sumringah. Sementara wajah Jill memerah, Louis menarik dirinya mundur. Baik Jill maupun Louis, keduanya hanya ingin jatuh cinta saat itu. Tanpa tendensi apa pun.
“Jika baik kau maupun aku berbalut luka, mari sama-sama memulihkan. Jika hati kita sama gelapnya, mari saling menerangi.”
Jill tersenyum, pertanda setuju pada ucapan Louis. “Tapi kau harus ingat, Jill. Jika nanti tiba waktunya aku pergi, aku akan pergi. Dan kita harus sudah mampu terbiasa tanpa satu sama lain lagi.”
Jill tersenyum.
Tawaran Louis kedengarannya mudah, tetapi kali ini Jill sedang tidak ingin membuat janji.
fin.
pic-claimer : featured image from naminechan11@tumblr
the other photo is taken from lovelyzlyf@blogspot
fikeey
Halo malaaa x)) btw pas baca rambutnya jill berubah aku tuh jadi inget film aquamarine deh, yang si aqua kalo keadaan hatinya berubah ubah ntar warna kukunya ikut berubah haha. Kalo di sini si jill kan rambutnya yang berubah xD ih aku sukaaaaa deh cerita macem gini aaaaa. Terus aku suka namanya. Louis sama jill hehe. Yang bagian mereka saling jatuh cinta tapi ngga mau terikat feels heart-breaking tapi kok manis gituu ahaha. Okelah malaa keep writing yaah x))